fenomena Ponari

Millenium Development Goal, kata indah yang mudh diucapkan, namun sulit dicapai…

Prof DR Nur Syam: Ponari, Fenomena Magis Khas Timur
SUTONO : Senin, 23 Februari 2009 | 13:40 WIB

SURABAYA, SENIN – Pakar sosiologi Islam Prof DR H Nur Syam MSi menilai pengobatan yang dilakukan dukun cilik Muhammad Ponari merupakan fenomena magisme khas masyarakat Timur.

“Itu fenomena magisme khas masyarakat Timur yang sulit dihentikan, karena masyarakat Timur memang suka menggabungkan hal-hal yang rasional dengan supranatural,” katanya di Surabaya, Senin.

Menurut dia, magisme yang menyertai putra semata wayang dari pasangan Kamsin (42) dan Mukaromah (28) yang masih kelas III SD Negeri Balongsari 1 itu hanya dapat “diarahkan” melalui partisipasi para tokoh agama, tokoh masyarakat, dan ahli medis.

“Partisipasi tokoh agama, tokoh masyarakat, dan ahli medis itu pun tidak akan menghentikan, namun ’mengarahkan’ masyarakat agar tidak terjerembab kepada magisme yang cenderung kepada ’syirik’ (menyekutukan Tuhan),” katanya tentang aktivitas bocah dari Dusun Kedungsari, Desa Balongsari, Kecamatan Megaluh, Kabupaten Jombang, Jawa Timur.

Guru Besar Sosiologi pada Fakultas Dakwah (FD) IAIN Sunan Ampel Surabaya itu berpendapat ada banyak variabel yang mendorong munculnya fenomena Ponari.

“Intinya, fenomena Ponari muncul akibat akal sehat dari masyarakat awam tidak mampu lagi menyelesaikan persoalan yang dihadapi sehari-hari,” katanya.

Profesor Nur Syam yang kini menjabat Rektor IAIN Sunan Ampel Surabaya itu menyatakan hal-hal yang tidak logis dalam fenomena Ponari antara lain disebabkan kesulitan masyarakat awam dalam mengakses dokter, puskesmas, rumah sakit swasta, dan pengobatan klinis lainnya.

“Ketika dokter atau rumah sakit tak terjangkau masyarakat akibat tarif yang mahal, maka masyarakat mencari pengobatan alternatif yang cepat dan murah, sesuai tingkat kemiskinan mereka,” katanya.

Namun, katanya, fenomena Ponari juga muncul akibat terpaan media dalam membuat Ponari menjadi “go-public” sehingga masyarakat dari Jawa dan luar Jawa pun berbondong-bondong mendatangi Ponari hingga ada yang tewas.

“Variabel yang juga tak kalah penting adalah adanya kepentingan ekonomi dari orangtua Ponari, tetangga Ponari, dan pengurus RT/RW hingga lurah/kepala desa, sehingga mereka menjadikan Ponari sebagai aset secara ekonomis,” katanya.

Ia menambahkan fenomena Ponari yang didukung banyak variabel dan didorong magisme masyarakat Timur agaknya sulit dihentikan, namun dapat “diatur” agar masyarakat tak terjerembab pada perbuatan “syirik” dan komersialisme yang berlebihan.

ABI
Sumber : Ant
kompasCetak01
kompasCetak02
kompasCetak03
kompasCetak04

Leave a comment